Home / Riau / Mempertanyakan Hasil Kerja Along
Mempertanyakan Hasil Kerja Along
Mandau (katakabar) - Umur gedung berlantai dua di kawasan jalan Sejahtera Kelurahan Air Jamban Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis itu masih tergolong muda; 4 tahun.
Tapi kalau ditengok penampakannya, gedung yang pembangunannya menghabiskan duit APBD Bengkalis 2013 Rp2,1 miliar ini sudah kayak umur 10 tahun.
Atap multy roof sudah bocor, dinding retak memanjang, lantai keramik pecah-pecah dan plafon yang cuma terbuat dari gypsum tipis sudah kayak lidah menjulur. Begitulah kondisi SMA Negeri 8 itu.
Tadinya, sekolah tak mempersoalkan kondisi gedung yang sudah acakadut alias berantakan itu. Mana yang bisa diperbaiki, ya diperbaiki. Tapi lama kelamaan, sekolah yang dikomandani oleh Boy Rahmat ini kewalahan juga. Sebab dibolo di sini, konstruk lama yang di sana, sudah rusak pula.
Alhasil, orang mulai risau dengan gedung yang selalu dipakai oleh seribuan siswa untuk menimba ilmu itu.
Biar tidak berlarut-larut, Ketua Komite sekolah, Refri, minta supaya tim ahli segera turun ke sana, sebelum ada siswa yang menjadi korban. Minimal oleh plafon yang tiba-tiba jatuh lantaran terlalu lama menjulur.
Dan biar jelas seperti apa sebenarnya riwayat pembangunan gedung ini kok secepat itu rusak, Refri minta supaya bos CV Bhinneka Tunggal Ika, Hendri alias Along, yang mengerjakan proyek pembangunan sekolah itu, datang melongok.
"Konsultan perencana dan pengawas pekerjaan proyek sekolah ini juga musti ikut datang. Kita ingin tahu betul soal ketahanan bangunan itu seperti apa. Sebab saban hari, manusia yang datang dan berkumpul di dalam gedung itu," kata Refri kepada katakabar.com kemarin.
Yang jelas kata Refri, biasanya bangunan sekolah, apalagi sekolah berlantai dua, punya standar, berapa tahun lamanya berdiri, baru dilakukan pemeliharaan.
"Dan itukan Konsultan Perencana yang tahu. Dan soal seperti apa proses pembangunan, itu konsultan pengawas proyek yang menilai," ujarnya.
Tak hanya Refri yang khawatir soal kondisi bangunan sekolah itu. Ketua Satgas P2TP2, Amran, juga ikut was-was. "Dibiarin lama-lama, bahaya lho. Yang memakai gedung itu kan kerumunan orang yang duduk dan belajar di dalam gedung," katanya.
Salah seorang guru di sekolah itu cerita, bahwa pihaknya sudah lelah melakukan pemeliharaan gedung tadi. Sebab lagi-lagi, dibolo di sini, konstruksi di sana pula yang rusak.
Dia kemudian menduga, kalaulah pembangunan gedung tadi tidak dilakukan asal jadi, sekolah tidak akan ngos-ngosan nyiapin duit untuk membolo kerusakan bangunan itu.
Sebab kalau dipikir-pikir, bangunan itu cuma dipakai oleh manusia untuk duduk dan belajar, bukan dipakai oleh benda berat bergerak, atau benda berat yang menimbulkan getaran.
Lantas, kenapa secepat itu hancur-hancuran? Hanya Along dan pengawas pekerjaanlah yang tahu.
Komentar Via Facebook :