Home / Sawit / Optimalkan Produktivitas Sawit Solusinya Penggalakan Benih Berkualitas
Optimalkan Produktivitas Sawit Solusinya Penggalakan Benih Berkualitas

Benih berstandar optimalkan produktivitas kelapa sawit. Foto Ist.
Jakarta, katakabar.com - Produktivitas kelapa sawit dunia saat ini berkisar 4 ton minyak sawit afau Crude Palm Oil (CPO) per hektar per tahun. Ini masih jauh dari perkiraan potensi maksimum sebesar 18,5 ton per hektar per tahun, bila mempertimbangkan semua atribut fisiologis optimal.
Periset Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar (PR TPS) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Daryono Restu Wahono mengatakan, salah satu upaya untuk mengoptimalkan produksi dan produktivitas sawit rakyat tanpa membuka lebih banyak lahan untuk budidaya dengan melakukan penggalakan atau intensifikasi.
"Metode ini diharapkan bisa menjembatani kesenjangan antara target produksi dan perlindungan lingkungan,” ujarnya lewat rilis Humas BRIN, dilansir dari laman elaeis.co, pada Senin (20/11).
Dijelaskannya, bagaimana peranan SNI 8211-2023 tentang standar benih kelapa sawit sebagai pedoman bagi produsen dan pemulia benih kelapa sawit agar mampu menghasilkan benih unggul kelapa sawit dengan lebih baik.
“Perusahaan perkebunan dan pekebun dapat memanfaatkan benih unggul untuk peremajaan tanaman sawit rakyat dan berumur lebih dari 25 tahun yang mempunyai produktivitas rendah menjadi tanaman sawit rakyat produktivitas tinggi yang berkelanjutan,” terangnya.
Dicontohkan Daryono, perhitungan matematis terkait proyeksi peningkatan produksi kelapa sawit hingga tahun 2025.
“Jika intensifikasi yang dilakukan dengan menggunakan SNI 8211:2023 yang sejalan dengan PP Nomor 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia, maka produksi kelapa sawit Indonesia bisa mencapai 89,976 juta ton pada tahun 2025,” bebernya.
Untuk mendukung terwujudnya hal itu, Ia menggarisbawahi pemerintah wajib sertifikasi seluruh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sesuai dengan Perpres Nomor 44 Tahun 2020, paling lambat 5 tahun setelah peraturan ini diundangkan.
“Adanya persyaratan mutu pada produksi benih bertujuan untuk menjamin benih kelapa sawit mempunyai mutu yang baik secara genetik maupun fisik. Penggunaan benih kelapa sawit sesuai standar SNI 8211:2023 sangat membantu dalam meningkatkan produksi kelapa sawit di Indonesia. Standar tersebut mengatur persyaratan mutu benih kelapa sawit hingga pelayanan purna jual. Pada standar ini terdapat persyaratan pengemasan dan persyaratan benih siap tanam, serta persyaratan penanaman benih kelapa sawit,” tuturnya.
Dengan penggunaan SNI 8211:2023, sebut Daryono, untuk benih kelapa sawit menghasilkan bibit kelapa sawit berkualitas yang dapat digunakan untuk program intensifikasi.
“Untuk mencapai hasil yang maksimal, program intensifikasi kelapa sawit nasional harus menggunakan SNI 8211:2023 untuk Benih Kelapa Sawit,” ucapnya.
Intensifikasi dengan standar SNI 8211:2023, tambahnya, dapat mengatasi permasalahan pembangunan ekonomi nasional yang diarahkan pada pengentasan kemiskinan, mengatasi pengangguran, peningkatan pendapatan, stabilisasi perekonomian, dan pemerataan pembangunan.
Analis Standardisasi Badan Standardisasi Nasional, Evan Buwana mengatakan, penting keseimbangan antara standar dan perkembangan teknologi.
“Pertanian berkelanjutan membutuhkan keseimbangan yang apik antara standar ketat dan perkembangan terus-menerus dalam inovasi teknologi," kata Evan
Standarisasi dan teknologi itu, timpalnya, punya hubungan yang intim sebetulnya. Dengan penerapan standar ini akhirnya bisa meningkatkan daya saing dan kinerja.
Komentar Via Facebook :