Home / Kepulauan Meranti / Arif: Kegiatan Kelompok Tani Mangrove Ciptakan Perekonomian dan Wisata
Arif: Kegiatan Kelompok Tani Mangrove Ciptakan Perekonomian dan Wisata
Selatpanjang, katakabar.com - Kegiatan Kelompok Tani atau Poktan Mangrove menciptakan perekonomian dan destinasi wisata di Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.
Berkolaborasi dengan PT Imbang Tata Alam atau ITA, kelompok tani mangrove melakukan penanaman mangrove. Upaya ini telah dimulai awalnya 1 kelompok hingga kini sudah menjadi 10 kelompok.
Area manager PT ITA, Bonar lewat Field CSR Officer, Arif Hidayatullah saat dikonfirmasi wartawan, pada Senin (10/6) kemarin menjelaskan, hal paling penting proses kemandirian.
"Sebelumnya mereka menanam Kita yang memberikan bibit sekarang mereka rata rata sudah bisa membibitkan hingga10.000 bibit per 6 bulan," ujar Arif.
Jadi, kata Arif, bila ada kegiatan penanaman bibit mangrove seringkali dibeli dari kelompok mangrove seharga Rp3000 per bibit. Tapi, untuk polibet pemberian dari Perusahaan. Jika diperkirakan para kelompok mangrove termodal Rp500, sehinggs mereka dapat keuntungan Rp2500 per bibit.
Hasil dari pembelian bibit tadi, tutur Arif, ditanam di wilayah kelompok mangrove itu sendiri. Ternyata, kegiatan kelompok petani mangrove mampu menciptakan kegiatan ekonomi bahkan pendekatan yang kedua wisata.
"Wisata dibangun melalui bantuan secara bertahap tapi fokus jadi mandiri, seperti di kampung Telaga Air Merah. Keberhasilan kampung tersebut berkat Intervensi perusahaan," terangnya.
Hal itu, lanjut Arif, buah dari kolaborasi BumDes, pemuda dan PT ITA dapat berkembang dengan prinsip sama, selain ekonomi ada wisatanya.
Soal jenis mangrove yang ditanam, Arif menjabarkan, secara umum mangrove yang ada di Riau ada 22 jenis tapi secara mayoritas itu berbeda-beda secara kondisi
"Kalau untuk kondisi di daerah Baran yang paling tepat Bakau dan Belukar kemudian sedikit Jeruju, serta waru. Sedang, Bakau siapi api untuk daerah pantai, dan sejauh ini penanaman bibit sudah dilakukan di Desa Mayangsari, Teluk Belitung dan Lukit," ulasnya.
Tanaman Mangrove Di Desa Lukit luasnya 79,2 hektar, sebutnya, kini sudah memperoleh SK Menteri diteken langsung oleh Menteri KLHK. Sedang Desa Mayangsari, dan Teluk Belitung masih dalam proses tahapan Verifikasi dari wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari atau KPH.
"Mangrove yang ditanam berdiameter mencapai 80 centimeter, sudah pasti dilestarikan. Perusahaan melakukan adopsi pohon tersebut, seperti yang sudah dilakukan di desa Lukit. Total 20 batang pohon mangrove berdiameter 80 centimeter ada di desa itu. Pohon-pohon yang diadopsi dengan biaya berkisar Rp4 juta per tahun, dan sudah punya konsekuensi, yakni bila ditebang mangrove tersebut maka dana adopsi harus ditarik balik atau dipulangkan," bebernya.
Komentar Via Facebook :