Home / Mitos dan Fakta / Evolusi Terbaru Industri Sawit Indonesia, Perkebunan Sawit Bukan Ekonomi Bersifat Istimewa
Evolusi Terbaru Industri Sawit Indonesia, Perkebunan Sawit Bukan Ekonomi Bersifat Istimewa

Perkebunan kelapa sawit manfaatnya sudah bis dinikmati rakyat bukan ekonomi bersifat istimew. Foto Ist.
katakabar.com - Berbagai isu terus mengikuti pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di level nasional bahkan global. Bisa jadi ketatnya persaingan atau barangkali alasan-alasan lain yang membikin komoditas yang satu ini tidak lepas dari hal-hal negatif.
Paling menonjol salah satu rumor ada yang menyebut industri kelapa sawit jenis industri bersifat istimewa kata lain ekslusif. Artinya, manfaat ekonomi dari komoditas ini hanya dinikmati para pelaku usaha saja.
Tuduhan istimewa yang dialamatkan kepada indutri kelapa sawit mau tidak mau dan suka tidak suka hingga saat ini bak bola salju menggelinding dari tempat ketinggian ke tempat paling rendah.
Itu terjadi dari awal pengembangan industri sawit era 1970-1980 lampau. Para ekonom banyak menilai industri sawit hanya menguntungkan bila dikelola bentuk korporasi.
Salah satu pertimbangan, yakni besarnya modal yang diperlukan untuk membuka kebun kelapa sawit dan teknologi pengolahan kelapa sawit (CPO-Mill), kala itu di luar jangkauan kemampuan sebagian besar rakyat untuk memasuki usaha perkebunan kelapa sawit (Sipayung, 2018).
Fakta menunjukkan sebaliknya sangat kontras dan berbanding terbalik, apa yang ditemukan di lapangan di kehidupan sehari-hari, baik skala nasional maupun global tidaklah begitu. Realita yang ada jauh berjarak dari rumor yang dikembangkan di permukaan.
Apalagi disokong kebijakan pemerintah melalui kemitraan dengan perusahaan perkebunan negara dan swasta (PIR/NES), terbukti membuka kesempatan bagi petani rakyat untuk memasuki usaha perkebunan kelapa sawit.
Lihat, pada tahun 2021 pangsa perkebunan kelapa sawit rakyat mencapai 40 persen dari total luas perkebunan kelapa sawit nasional. Hal ini menunjukkan petani rakyat telah menikmati manfaat dari perkebunan kelapa sawit.
Itu artinya, manfaat perkebunan kelapa sawit tidak hanya dinikmati pelaku usaha. Ini bisa dilihat dari Indikator multiplier output, pendapatan, nilai tambah dan tenaga kerja.
Bahkan indeks multiplier output, pendapatan, tenaga kerja dan nilai tambah perkebunan kelapa sawit lebih besar dari satu. Ini mencerminkan manfaat dari perkebunan kelapa sawit sudah dinikmati masyarakat luas.
Peningkatan aktivitas ekonomi pada perkebunan kelapa sawit memilki keterkaitan ke belakang (backward linkages) maupun keterkaitan ke depan (fordward linkages) (Syahza, 2005; PASPI, 2014).
Perkebunan kelapa sawit memiliki keterkaitan ke belakang dengan suplier input produksi perkebunan dan keterkaitan ke depan dengan industri pengguna minyak sawit (Rifin, 2011; PASPI, 2014; Edwards, 2019).
Laju konsumsi, investasi maupun ekspor minyak sawit menciptakan manfaat yang lebih besar (melalui direct effect, indirect effect dan induced consumption effect), baik bentuk output, pendapatan, nilai tambah dan penciptaan kesempatan kerja, bukan saja pada perkebunan kelapa sawit saja, tapi di sektor perekonomian secara keseluruhan.
Paparan tersebut membuktikan perkebunan kelapa sawit secara ekonomi bukan kegiatan yang bersifat istimewa kata lain ekslusif, seperti yang dituduhkan melainkan kegiatan ekonomi yang bersifat inklusif.
Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit mampu menciptakan 'kue ekonomi' bagi sektor ekonomi nasional, baik yang terkait langsung maupun yang tidak terkait secara langsung dengan perkebunan kelapa sawit. (sumber: Buku Mitos vs Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Global Edisi Keempat, PASPI 2023. Bersambung...
Komentar Via Facebook :