Home / Sawit / Presiden Terpilih Lanjutkan RAN-KSB Sawit Era Jokowi, Ini Kata Dirut Riset Core
Presiden Terpilih Lanjutkan RAN-KSB Sawit Era Jokowi, Ini Kata Dirut Riset Core
![Presiden Terpilih Lanjutkan RAN-KSB Sawit Era Jokowi, Ini Kata Dirut Riset Core](https://www.katakabar.com/foto_berita/2024/03/2024-03-31-presiden-terpilih-lanjutkan-ran-ksb-sawit-era-jokowi-ini-kata-dirut-riset-core.jpg)
Foto Istimewa/katakabar.com.
Jakarta, katakabar.com - Presiden terpilih di Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024, Prabowo Subianto bakal melanjutkan program pemerintahan era Presiden RI, Joko Widodo, yakni salah satunya telah setujui keberlanjutan Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB).
Diketahui, Indonesia menjadi negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan total produksi lebih dari 56 juta ton dan ekspor mencapai 26,33 juta ton. Ini bakal menjadi salah satu komoditas strategis bagi pemerintah guna meningkatkan ekonomi nasional.
Menariknya, Indonesia mencatatkan nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya di tahun 2023 mencapai USD 28,45 miliar atau 11,6 persen terhadap total ekspor nonmigas dan menyerap lebih dari 16 juta orang tenaga kerja.
Menanggapi keputusan bersama itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core), Piter Abdullah, menyatakan keputusan Prabowo Subianto untuk melanjutkan RAN-KSB ini adalah langkah tepat, setelah pemerintah menetapkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2019 tentang RAN-KSB Tahun 2019-2024.
Inpres tersebut memberikan mandat kepada 14 kementerian atau lembaga, 26 pemerintah provinsi sentra penghasil sawit, serta 217 pemerintah kabupaten sentra penghasil kelapa sawit untuk melaksanakan program RAN-KSB sebagai peta jalan untuk perbaikan tata kelola kelapa sawit berkelanjutan secara menyeluruh.
“RAN KSB adalah inisiatif pemerintah untuk memperbaiki tata kelola pengembangan industri sawit,” ujar Piter Abdullah di ujung selulernya, pada Sabtu, dilansir dari laman jawapos.com, pada Ahad (31/3).
Kata Piter, Indonesia saat ini menjadi negara dengan produsen sawit terbesar di dunia dan hal ini patut mendapat perhatian serius dari pemerintahan, selanjutnya untuk meningkatkan ekonomi nasional, termasuk menjalankan inpres yang terdiri dari 5 komponen, 28 program, 92 kegiatan, dan 118 keluaran.
“Sawit adalah produk andalan utama Indonesia. Perbaikan tata kelola bakal meningkatkan peran industri sawit dalam perekonomian Indonesia,” jelasnya.
Ada lima komponen RAN-KSB sebagaimana Inpres Nomor 6 Tahun 2019 yakni penguatan data, penguatan koordinasi dan infrastruktur, peningkatan kapasitas dan kapabilitas pekebun, pengelolaan dan pemantauan lingkungan, tata kelola perkebunan dan penanganan sengketa, dan dukungan percepatan pelaksanaan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan peningkatan akses pasar produk kelapa sawit.
Lewat kebijakan-kebijakan ini, Piter optimis betul pemerintahan baru nanti mampu mengelola kekayaan sawit Indonesia dengan baik dan bisa mendatangkan keuntungan besar bagi negara, dan hal tersebut menjadi harapan semua pihak.
“Sudah tentu harapannya demikian meningkatkan ekonomi nasional,” ucapnya.
Piter pun memastikan aturan terkait dengan RAN-KSB ini diharapkan menjadi pagar atau pengikat bagi para pengambil kebijakan untuk tidak semena-mena dalam mengeluarkan kebijakan terkait dengan pengelolaan kelapa sawit di Indonesia. Meski, para oknum pejabat pernah terlibat dalam masalah pengelolaan kelapa sawit.
“Pelanggaran selalu ada. Berbagai aturan hukum sudah dibuat tapi pelanggaran tetap saja akan selalu ada. Tetapi itu bukan berarti aturan tidak dibutuhkan. Perlu dilakukan bagaimana meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum,” sebutnya.
Pemerintahan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) sepakat melanjutkan Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) ke pemerintahan baru 2024-2029. Berdasarkan pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU), pemerintahan baru dimenangkan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
"Arahan Bapak Presiden bahwa RAN ini dilanjutkan ke 2024-2029," tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto saat Rapat Koordinasi Nasional tentang RAN-KSB di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, pada Kamis (28/3) lalu.
Indonesia negara produsen sawit terbesar di dunia dengan total produksi lebih dari 56 juta ton dan ekspor mencapai 26,33 juta ton. Kelapa sawit telah menjadi salah satu komoditas strategis penopang perekonomian nasional.
“Pemerintah terus mendorong mandatori biodiesel yang saat ini sudah mencapai B35 dan sudah diujicobakan untuk B40. Realisasi penyerapan biodiesel domestik tahun 2023 mencapai 12,2 juta kilo liter dan tentu ini sangat mempengaruhi untuk menyerap penggunaan CPO di dalam negeri," beber Airlangga.
Komentar Via Facebook :